Hadiah untuk Mama

Tiga orang anak laki-laki yang merantau sukses dalam pekerjaan dan usaha mereka. Mereka akhirnya mendiskusikan pemberian apa yang dapat mereka berikan kepada ibu mereka yang sudah lanjut usia sebagai hadiah dan ucapan syukur karena mereka bertiga telah menjadi orang yang sukses dan kaya.
Anak pertama berkata, "Aku sudah selesai membangun sebuah rumah yang sangat besar untuk Mama kita!"
Dan anak yang kedua berkata, "Oh, aku sudah mengirimkan Mama sebuah mobil Marcedes, lengkap dengan sopirnya!"
Lalu anak ke tiga berkata, "Aku punya hadiah yang lebih istimewa dari kalian berdua! Kalian tahu kan dan kalau Mama kita sangat suka sekali membaca kitab suci dan kalian juga tahu kan kalau penglihatan Mama kita kurang begitu bagus lagi sehingga dia kesulitan dalam membaca kitab suci. Nah ... aku mengirimkannya seekor Burung Beo luar biasa yang hafal seluruh isi kitab suci. Mama tinggal menyebutkan kitab apa, pasal, maupun ayat berapa yang ingin didengarnya dan dengan cepat Burung Beo ini akan meyebutkan isinya!!"
Beberapa waktu kemudian, ibu mereka mengirimkan surat ucapan terima kasih kepada anak-anaknya:
"Milton," dia menulis kepada anak pertamanya, "Rumah yang kau bangunkan untukku terlalu besar. Aku hanya menggunakan satu kamar, tapi aku harus membersihkan seluruh rumah!"
"Gerald," dia menulis kepada anak keduanya, "Aku sudah terlalu tua untuk mengadakan perjalanan. Sepanjang hari aku menghabiskan waktu di rumah saja, jadi aku sangat jarang menggunakan Mercedes itu. Lagipula sopirnya agak kurang sopan!"
"Donald tersayang," dia menulis kepada anaknya yang ketiga, "Kamu betul-betul tahu apa yang menjadi kesukaan Ibumu ini .... Ayam yang kamu kirimkan padaku itu sangat lezat rasanya!"



Jam Tangan

Seorang pemuda sedang dalam perjalanan kembali ke Jakarta dengan kereta api. Persis di depannya duduk seorang bapak. Setelah lama berdiam diri, sambil menguap sang pemuda ber tanya kepada bapak tersebut, "Maaf, jam berapa sekarang, Pak?"
Sebuah pertanyaan yang biasa kita lakukan di mana pun, kapan pun, dan kepada siapa pun, dan biasanya kita selalu dapat jawaban. Tapi kali ini sungguh di luar dugaan, si bapak diam saja. Mengira sang bapak agak kurang dengar, pemuda tersebut mengulanginya sampai 3 kali, namun si bapak tetap diam tidak bergeming sedikitpun.
Merasa kesal, pemuda langsung mencolek bapak tersebut dan berkata,
"Saya heran, mengapa Bapak tidak menjawab pertanyaan saya? Apa sih susahnya," tanyanya kesal.
Si bapak menjawab dengan tenang: "Bukannya saya nggak mau menjawab, tapi nanti kalau saya jawab, kita pasti ngomong-ngomong lagi soal ini soal itu, terus, sampai nanti kita jadi akrab."
Si pemuda melongo mendengar ceramah si bapak, terus dia tanya lagi, "Lalu, apa salahnya kalau kita akrab?"
Si bapak bilang, "Nanti anak gadis dan istri saya akan menjemput saya di Gambir. Kalau kita sudah akrab, nanti kita akan turun sama-sama, terus saya pasti memperkenalkan mereka sama kamu."
Si pemuda tambah bingung, "Terus, Pak??" tanyanya lagi penasaran.
"Istri saya tuh orangnya baik sekali sama semua orang. Nanti dia pasti nawarin kamu mampir ke rumah. Nanti kamu mampir dan pasti mandi di rumah saya, terus makan di rumah saya. Kamu nanti lama-lama bisa akrab dengan anak gadis saya dan kamu bisa jadi pacar anak saya dan lama-lama kamu bisa jadi menantu saya." lanjut si bapak.
Sang pemuda yang tadi sudah bingung sekarang menjadi makin bingung, lantas dia tanya, "Terus apa hubungannya sama pertanyaan saya yang pertama?"
Sambil berdiri dan dengan lantang bapak tersebut menjawab,
"Masalahnya ... SAYA TIDAK MAU PUNYA MENANTU SEPERTI KAMU, JAM TANGAN SAJA NGGAK PUNYA!!!"



Pisau Lipat

Kejadian ini terjadi saat pendidikan dasar untuk para pencinta alam. Seorang senior (instruktur) menemukan sebuah pisau lipat yang tergeletak di atas tanah. Menurut ketentuan yang disepakati, selama pendidikan dasar barang siapa yang meninggalkan sesuatu selama perjalanan harus dihukum.
Senior dengan segera mengambil pisau lipat itu dan bermaksud untuk menghukum siswa pendidikan dasar yang telah lalai meninggalkan pisau lipatnya itu. Setelah para siswa berkumpul semua, sang senior dengan nada berwibawa berkata, "Siapa yang merasa kehilangan pisau lipat di tengah perjalanan tadi?"
Tak ada satu peserta pun yang berani menjawab. Kemudian sang senior menambahkan, "Hayo cepat? saya sebenarnya sudah tahu siapa pemilik pisau lipat ini karena namanya terukir disitu. Tapi saya ingin kejujuran kalian untuk mengaku!"
Masih tidak ada jawaban dari peserta. "Karena tidak ada yang dengan jujur mau mengakui kesalahannya maka saya akan panggil namanya!!!"
Peserta masih saja diam. Akhirnya sang senior habis kesabarannya, diambilnya pisau lipat tadi kemudian dengan lantang sambil melirik ukiran piasu tersebut. "Stain... maju ke depan!," para siswa saling melirik kalau-kalau ada yang maju ke depan. Karena tidak ada yang maju ke depan si senior berkata lagi, "Saya panggil sekali lagi yang bernama STAINLESS STEEL maju ke depan!!!"



Cacat Kecil

Seorang Pria keturunan ingin membalas budi pada seorang petani yang telah menolongnya. Namun dia bingung karena sang petani ini memiliki tiga orang anak yang semuannya perempuan. Dengan kekuasaannya, Ia memutuskan mengencani mereka, untuk mencari yang terbaik diantara ketiga anak petani tersebut.
Hari pertama, Ia pergi dengan anak pertama dan kepada Petani itu Ia menyampaikan," Anak pertama bapak memiliki satu cacat kecil, yaitu jempol kaki kirinya lebih kecil dari jempol kanan."
Hari Kedua, Ia pergi dengan anak kedua dan ketika pulang dia berkata, "Anak kedua bapak juga punya cacat yang sebenarnya sangat kecil yaitu agak juling."
Hari Ketiga, Ia pergi dengan anak ketiga dan sangat gembira dan merasa cocok, "Inilah yang saya cari-cari. Ia benar-benar sempurna."
Lalu menikahlah Pria ini dengan anak ketiga Petani tersebut. Dan pada bulan ke delapan Ia dikaruniai seorang anak. Dengan penuh kebahagian, si Lelaki menyaksikan kelahiran anak pertamanya.
Ketika sang anak lahir, Ia begitu kaget dan kecewa karena anaknya sangatlah jelek. Ia menemui bapak Petani dan bertanya, "Kenapa bisa terjadi seperti ini Pak. Anak bapak cantik dan saya Tampan, Kenapa anak saya bisa sejelek itu..?"
Petani menjawab, "Ia mempunyai satu cacat kecil yang tidak kelihatan. Waktu itu Ia sudah hamil duluan....."

Patriotisme

Seorang pelajar dari luar pulau yang bersekolah di Malang sdang dalam perjalanan pulang naik mikrolet dari sekolah seusai mengikuti upacara 17 Agustus. Pada waktu mikrolet melintas di depan bioskop Merdeka seperti biasa supir mikrolet berteriak menanyakan apakah ada yang mau turun.
Supir : "Merdeka..merdeka..."
Murid : "Merdeka!!"
Jawab murid itu dengan lantang karena dia mengira supir berteriak merdeka sehubungan dengan peringatan hari kemerdekaan RI.
Akhirnya murid itu kebingungan setelah diturunkan di depan bioskop Merdeka.

Posting Komentar

0 Komentar